Selasa, 21 Mei 2013

Mari Budidaya Sukun Dengan Stek Batang


SUKUN merupakan tanaman tropis sehingga hampir semua daerah di Indonesia ini Sukun dapat hidup dan tumbuh dengan subur.Sukun dapat tumbuh di dataran 0 m sampai 700 m dpl.Pertumbuhan optimal pada suhu dengan kisaran 20-40 derajat calcius. Dan untuk di daerah dingan Sukun kurang mendukung karena cendrung menghasilkan daun yang rimbun. Sukun tidak dapat diperbanyak dengan biji karena Sukun memang tidak berbiji.Jadi Sukun hanya bisa diperbanyak dengan cara Vegetatif yaitu:
   
  • Stek Akar
  • Stek Batang
  • Okulasi
  • Cangkok
  • Dan Tunas Akar

Berikut cara Alternatif utama yang banyak dipakai para pembenih untuk memperbanyak bibit SUKUN yaitu cara Stek Batang.Cara ini timbul karena secara alami batang sukun mampu menumbuhkan tunas sebagai tanaman baru. Keuntungan pembenihan dengan cara ini adalah mampu menghasilkan benih jumlah yang besar, cepat dan seragam pertumbuhannya.Berikut Cara Untuk mendapatkan potongan stek:
  • Batang dipotong-potong sepanjang 15-20 cm.
  • Potongan stek batang sebaiknya diistirahatkan 1-2 hari sebelum disemai. Hal ini untuk menyembuhkan luka potongan secara alami. 
  • Untuk merangsang pertumbuhan akar, stek yang telah diistirahatkan direndam dalam larutan hormon perangsang akar, seperti Dharmasri 5 EC atau dioleskan hormon Rootone F.
  • Penggunaan Rootone F dengan memasukkan 4 sendok makan dalam baskom plastik ditambah 4 sendok makan air setelah kental dioleskan pada bagian bawah stek batang. 
  • Proses selanjutnya, steak batang yang sudah diberi hormon perangsang tumbuh disemaikan dalam bedengan pasir dengan  Jarak semai dalam bedengan ini cukup rapat yakni 3-5 cm.
  • Bedengan sebaiknya disungkup dengan sungkup plastik untuk mengurangi penguapan.
  • Lakukan penyiraman secara teratur pagi dan sore hari untuk memenuhi kelembaban yang dibutuhkan. 
  • Setelah 1 bulan, biasanya steak batang sudah menumbuhkan tunas. dan Bibit Sukun sudah bisa di tanam.
Selamat Mencoba...




Mari Budidaya Kacang Panjang




Kacang panjang (Vigna sinensis) termasuk dalam famili Fabaceae dan merupakan salah satu komoditi sayuran yang banyak diusahakan di daerah dataran rendah pada ketinggian 0-200 m dpl. Kacang panjang merupakan salah satu sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi sebagian besar penduduk Indonesia.

PERSYARATAN TUMBUH
Pada dasarnya kacang panjang dapat dibudidayakan pada berbagai jenis tanah, namun jenis tanah yang paling cocok bagi pertumbuhan kacang panjang adalah tanah Regosol, Latosol dan Aluvial. Tanaman tersebut dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Temperatur yang cocok bagi pertumbuhan kacang panjang berkisar antara 18-32oC.  Kemasaman (pH) tanah yang paling sesuai untuk pertumbuhan kacang panjang adalah 5,5-6,5.

BUDIDAYA TANAMAN
1. Benih

Ada beberapa varietas/kultivar kacang panjang, antara lain KP-1 (lokal Bekasi), KP-2 (lokal Bogor) yang toleran terhadap hama penggerek polong (Maruca testulalis) dan penyakit busuk polong (Colletotrichum lindemuthianum). Benih kacang panjang dipilih yang bebas dari serangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan). Kebutuhan benih kacang panjang per hektar sekitar 20 kg.

2. Penanaman
Budidaya tanaman kacang panjang sebaiknya dilakukan di tanah Alluvial yang subur dan gembur. Apabila memungkinkan lahan bekas tanaman kacang tanah atau paprika dapat digunakan untuk menekan populasi nematoda bengkak akar (Meloidogyne spp.). Lahan diolah dengan baik sampai gembur.  Setelah diolah, kemudian dibuat bedengan, lebar 120–150 cm, dan lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3–5 cm. Sebaiknya dalam tiap bedengan hanya memuat 2 baris tanaman. Jarak tanam 70 cm x 30 cm. Tiap lubang ditanami 2-3 biji, kemudian ditutup dengan tanah.

3. Pengapuran
Pengapuran sangat dianjurkan pada lahan dengan pH tanah rendah yaitu dengan menggunakan Kaptan/Dolomit. Kisaran dosis yang digunakan 1-1,5 ton/ha. Pengapuran dilakukan pada waktu pengolahan tanah yaitu 3-4 minggu sebelum tanam.

4. Pemupukan
Pupuk dasar terdiri atas pupuk kandang kuda atau sapi (10-15 ton/ha), TSP (75-100 kg/ha), KCl (75-100 kg/ha) dan Urea (25-30 kg/ha) diberikan pada lubang tanam 3 hari sebelum tanam.  Pupuk susulan berupa Urea dengan dosis 25-30 kg/ha, diberikan 3 minggu setelah tanam.

5. Pemeliharaan
Penyiraman dilakukan setiap hari sampai benih tumbuh.  Setelah tinggi tanaman mencapai 25 cm, dipasang ajir/turus dari bambu yang tingginya 2 meter untuk menjaga agar tanaman tidak roboh. Tiap empat buah turus, ujungnya diikat menjadi satu. Batang kacang panjang dililitkan pada masing-masing turus tersebut. Bila tanaman tumbuh terlalu subur, dapat dilakukan pemangkasan daun. Setelah dilakukan pemupukan susulan, dilakukan pengguludan tanaman dengan tinggi ± 20 cm.  Penyiangan dilakukan pada umur 3 dan 5 minggu setelah tanam.

6. Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)
Hama yang menyerang kacang panjang antara lain lalat bibit (Ophiomya phaseoli ), ulat tanah (Agrotis ipsilon Hubn.), ulat grayak (Spodoptera litura F.), kutu daun (Aphis craccivora Koch.), kutu kebul (Bemisia tabaci Genn.), ulat penggerek polong  (Maruca testulalis Gey.). Pengendalian hama dapat dilakukan dengan cara tanam awal dan serentak, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan kacang-kacangan, penggunaan mulsa jerami dapat mengurangi serangan O.  phaseoli, penggunaan musuh alami baik parasitoid, predator, maupun entomopatogen, dan pengendalian kimiawi menggunakan insektisida secara selektif (selektif fisiologis dan ekologis) berdasarkan ambang pengendalian. Ambang kendali lalat bibit adalah 1 serangga dewasa/ 5 baris tanaman, kutu daun adalah 70 nimfa/10 pucuk contoh, kerusakan pada daun adalah ≥ 12,5 % dan kerusakan pada polong adalah ≥ 12,5 %. Sedangkan  penyakit yang menyerang kacang panjang antara lain antraknos, bercak daun serkospora, karat, layu fusarium, busuk daun, dan mosaik. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara memusnahkan tanaman sakit (sumber infeksi), menggunakan benih sehat dari varietas tahan, mengendalikan vektor, pergiliran tanaman dan pengendalian kimiawi. Pengendalian dengan pestisida harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval maupun waktu aplikasinya.

7. Panen dan Pascapanen
Kacang panjang mulai dipanen setelah berumur 50–60 hari setelah tanam. Pemanenan dapat dilakukan setiap minggu, selama 1-2 bulan.  Panen polong muda jangan sampai terlambat dilakukan, karena akan menyebabkan polong berserat dan liat. Produksi dapat mencapai 30 ton/ha polong muda. Umur simpan kacang panjang relatif pendek, karena tingginya laju respirasi sehingga cepat layu.Sumber: Puslitbang Hortikultura

Buah Ciremai (Phyllanthus acidus) "Buah Nostagia yang mulai punah"

Ceremai tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang, daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berselingwarna hijau muda, bentuk bulat telur, panjang 2 – 7 cm, lebar 1,5 – 2 cm, helaian daun tipis tegar, ujung runcing, pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), tidak memiliki daun penumpu, permukaan halus, tidak pernah meluruh. Bunga majemuk, bentuk tandan (racemus), muncul di sepanjang batang dan cabang, kelopak berbentuk bintang (stellatus), mahkota berwarna merah muda. Buah batu (drupa), bulat, panjang 1,2 – 1,5 cm, warna kuning muda, bentuk biji bulat pipih, berbiji 4 – 6, berwarna cokelat muda, rasanya asam. Akar tunggang.


Buah cerme sering dimakan segar dengan dicampur gula, garam atau dirujak. Cerme juga kerap dibuat manisan, direbus (disetup) atau dibuat minuman penyegar. Daun mudanya digunakan sebagai lalap.
Rebusan akar cerme digunakan untuk meringankan asma dan mengobati penyakit kulit. Bahan penyamak juga dihasilkan dari kulit akarnya.
Pohon cerme kerap ditanam sebagai peneduh atau penghias halaman dan taman. Pohon ini dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis, menyukai tempat yang lembap sampai ketinggian sekitar 1.000 m dpl.

Mari mulai sekarang kita ingat-ingat lagi,mulai dari daerah kita masing-masing kira-kira tanaman buah apa yang sudah mulai jarang kita temui lagi atau tanaman -tanaman yang sudah tidak pernah kita jumpai lagi. Untuk menjaga dan melestarikan tanaman dan buah-buahan langka asli indonesia  mari kita mulai berburu bibit-bibitnya,agar kelak indonesia kita ini tetap menjadi negara surganya buah-buahan....

Buat teman-teman yang punya informasi silahkan tinggalkan koment-nya di post ini...

Terima kasih,


Mari Menanam GAHARU

Gaharu merupakan bahan berbentuk kayu yang mengandung resin atau damar dan bila dibakar akan mengeluarkan aroma wangi yang khas. Komoditi ekspor ini mempunyai nilai jual yang tinggi baik di pasar nasional maupun internasional sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Di dunia perdagangan gaharu dikenal dengan nama agarwood, aloe wood, dan eagle wood, oud (Timur tengah), dan Cing (Cina).
Gaharu diperoleh dari bagian (akar, batang, cabang) pohon gaharu dengan nama-nama daerahnya antara lain : calabac, karas, kekaras, mengkaras (Dayak), galoop (Melayu), halim (Lampung), alim (Batak), kareh (Minang), age (Sorong), bokuin (Morotai), lason (Seram), Ketimunan (Lombok), ruhuwama (Sumba), dan seke (Flores). Ada beberapa jenis pohon gaharu, antara lain yang saat ini sedang banyak dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia adalah jenis Gyrinops spp. Dan Aquilaria spp. Kedua jenis tersebut menghasilkan gaharu dengan kualitas yang tinggi sehingga sangat diminati masyarakat untuk dibudidayakan.
Aroma wangi atau harum dengan cara membakar secara sederhana banyak dilakukan oleh masyarakat Timur Tengah (seperti Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Yaman, Oman) sebagai pengharum tubuh dan ruangan, sedangkan penggunaan yang lebih bervariasi banyak dilakukan di Cina, Korea, dan Jepang seperti bahan baku industri parfum, obat-obatan, kosmetika, dupa, dan pengawet berbagai jenis asesoris serta untuk keperluan kegiatan keagamaan.

Pada mulanya pohon gaharu banyak dijumpai dalam hutan alam, namun perburuan gaharu yang tidak terkendali sejak tahun 1980-an sebagai akibat tingginya permintaan konsumen menyebabkan pohon gaharu di alam semakin langka. Untuk memenuhi permintaan konsumen yang masih tinggi tersebut, maka cara yang dapat dilakukan adalah dengan membudidayakannya atau
menanam kembali baik di dalam hutan maupun di lahan-lahan milik masyarakat. Budidaya gaharu telah mulai dilakukan sejak tahun 1990-an dan berkembang terus di wilayah Indonesia terutama oleh masyarakat di Pulau Sumatera, Kalimantan dan Lombok. Sejak 5 tahun terakhir ini, masyarakat di Pulau Jawa mulai tertarik dan ramai-ramai menanam bibit pohon gaharu di lahan-lahan miliknya. Budidaya pohon gaharu ini diharapkan semakin berkembang pesat agar dapat memproduksi gaharu dengan baik untuk memenuhi permintaan konsumen dan meningkatkan pendapatan masyarakat.Gaharu memiliki nilai jual tinggi dengan harga mulai dari 100.000 – 30 juta/kg tergantung asal species pohon dan kualitas gaharu. Sedangkan minyak gaharu umumnya disuling dari gaharu kelas rendah (kemedangan) memiliki harga mulai dari 50.000-100.000/ml.
Sebanyak 2000 ton/tahun gaharu memenuhi pusat perdagangan gaharu di Singapura. Gaharu tersebut 70% berasal dari Indonesia dan 30% dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Hutan alam sudah tidak mampu lagi menyediakan gaharu. Gaharu hasil budidaya merupakan alternatif pilihan untuk mendukung kebutuhan masyarakat dunia secara berkelanjutan.Sungguh usaha budidaya pohon gaharu ini merupakan salah satu investasi jangka menengah dengan hasil yang menjanjikan.
Pohon gaharu dapat tumbuh baik pada lahan dataran rendah hingga perbukitan hingga mencapai ketinggian 800 meter di atas permukaan laut dengan kondisi tanah lembut liat berpasir (pH : 4,0 – 6,0). Pola tanam pohon gaharu dapat dilakukan dengan pola monokultur (sejenis) dan polikultur (campuran). Penanaman pola monokultur dilakukan dalam lahan kosong dengan jarak 2 x 2 m, 2 x 3 m dan 3 x 3 m. Sedangkan penanaman pola polikultur dapat dilakukan bersama dengan tanaman keras lainnya seperti : coklat, karet, kopi, kelapa sawit, sengon, atau ditanam dalam pekarangan/perladangan yang sudah ada kumpulan tanamannya. Jadi tunggu apa lagi? mungkin bisa di mulai dengan memberdayakan perkarangan rumah,dengan begitu kita sudah melakukan investasi jangka panjang yang menguntungkan.selamat mencoba.